Minggu, Agustus 26, 2012

Maaf


Dan bila diantara argumentasi panjang aku mulai diam
Mungkin itu saatnya kita menghentikan perbincangan

Lelah untuk selalu mengalah
Letih untuk selalu mengerti
Untuk selalu dipojokkan

Jika kau pikir kau yang selalu benar
Mungkin ini saatnya kau menggunakan kaca pembesar
Untuk melihat dengan jelas pori-pori hidupmu

Jangan dibilang aku tidak berusaha
Karena ini sudah sekuat tenaga yang aku punya
Dari dulu hingga sekarang

Tapi jika memulai maaf saja kau tak ingin
Untuk apa aku tetap berada disini
Kita seperti ada labirin yang tak memiliki kehendak untuk disibak

26 Agustus 2012 / Minggu
Dalam ruang kedap yang kau sebut maaf 

Rabu, Agustus 15, 2012

Jika benar nanti kita bertemu lagi


Detik masih menyusuri hari dan kamupun belum berlalu
Tapi kali ini aku mulai tenang mendengarkan kamu jauh dilubuk hati
Tetap berdoa untuk kamu diantara dua sujud
Selalu menginginkan yang terbaik buat kamu

Memang masih sekilas bayangan kita berkelebat
Tapi sudah tidak terlalu menyakitkan seperti awal
Mungkin pedihnya sudah terlena oleh angin dan waktu
Mungkin juga sudah mulai tenang dan tidak beriak seperti ombak

Sebaiknya bukankah aku tenang-tenang saja
Menjalani jalinan hari yang terhampar didepan mata
Tetap dengan harapan yang sama
Jika benar nanti kita bertemu lagi

Jika benar nanti kita bertemu lagi!

H. Nawi
15 Agustus 2012 / Rabu
Alm. Uke dalam kenangan 

Selasa, Mei 15, 2012

Jika dilanda asmara ya berputar saja




Jungkir balik merasakan kamu
Kadang ingin henti kadang ingin menjerit “LAGI!”

Akhirnya waktu juga yang kembali meredakan kegilaan kita
Semua teriakan marah itu akhirnya perlahan menjadi tertawa yang tertahan

Tiada hubungan tanpa noda
Tiada perasaan tanpa pangkal dan akhir
Jika dilanda asmara ya berputar saja
Toh nanti akan berhenti di satu pusaran yang sama irama

Kekasih, mari berdansa!
Nikmati saja ketukan di lantai dansa

15 Mei 2012 / Selasa 

Rabu, Maret 14, 2012

Adonan dalam pikiran



Tersedak, berjalan, tertelan
Semua jadi satu dalam tenggorokan
Sudah tidak bisa lagi memproduksi air mata
Sebagai reaksi akan rasa sakit

Hanya bisa menengadah, berpikir keras, tegap
Semua jadi adonan dalam pikiran
Bahwa hidup tidak akan berakhir disini
Tapi masih panjang dengan berbagai alat bantuan

Berbaris menatap matahari dan menanti rembulan